Jakarta - Sekretaris Jenderal (Sesjen) Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Siti Nurbaya Bakar mengatakan pembicaraan intensif antara DPD dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyangkut main issues materi rancangan undang-undang (RUU) hanya dirancang dua kali sebagai joint setting. Selebihnya, kegiatan di antara pertemuan kesatu dan kedua dikerjakan staf ahli dan sekretariat jenderal (setjen) melalui korespondensi atau bentuk lain.
Siti berbicara mewakili DPD membahas beberapa skenario kegiatan DPD dalam Rancangan Undang-Undang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau RUU Susduk. Irman Gusman, Wakil Ketua DPD sekaligus Ketua Tim RUU Susduk bersama Ketua Panitia Musyawarah DPD Wahidin Ismail didampingi Siti menghadiri Diskusi Terbuka Peran DPD dalam Proses Legislasi yang diselenggarakan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) DPR di Ruang Rapat Pleno F-PKS DPR lantai 3 Gedung Nusantara I Kompleks Parlemen, Senayan—Jakarta, Kamis (20/10).
Selain itu, lanjut Siti, DPD akan membuka selebar-lebarnya ruang kepada publik yang berminat mengikuti proses legislasinya serta mengkritisi beberapa bagian materi RUU yang kurang atau luput dibahas DPD. Peraturan Tata Tertib masing-masing lembaga (DPD dan DPR) akan memuat beberapa kesepakatan yang mengatur pembukaan ruang publik. “Kalau polanya begini akan lebih banyak pekerjaan untuk staf ahli dan setjen. Setelah dimatangkan setjen, putusan politisnya diserahkan kepada pimpinan dan anggota DPD,” jelasnya.
Siti mengingatkan, selama proses pembahasan materi RUU dimaksud maka DPD harus mengikutinya sebagai konsekuensi membuka selebar-lebarnya ruang untuk publik. Jika suatu materi susah disepakati antara Pemerintah dan DPR maka RUU Susduk mengatur agar DPD berkesempatan memberi overview konfirmasi berupa catatan, pandangan dan pandapat, serta pertimbangan.
“Terserah, apakah anggota DPR atau fraksinya yang meminta atau Pemerintah sendiri,” ujarnya.
Konfirmasi yang diberikan dapat saja meminta Presiden dan DPR memperlambat dan tidak terburu-buru atau mempercepat pengambilan keputusan atau persetujuan. “ Ada dimunculkan isi sekaligus simboliknya,” jelas Siti.
Agar kehadiran DPD dalam proses legislasi tidak disamakan dengan fraksi, sebelum Rapat Paripurna DPR mengambil keputusan maka RUU Susduk mengatur pula agar DPD berkesempatan memberi catatan, pandangan dan pandapat, serta pertimbangan. Simbol-simbol menuju sistem kelembagaan yang benar dan tepat akan terwujud melalui pengaturan kesempatan kepada DPD kendati telah memasuki wilayah pembicaraan tingkat II.
Sebetulnya DPD bisa masuk persis di depan pintu Rapat Paripurna DPR.Mengenai kesetjenan, Siti mengatakan, karakter birokrasinya harus membentuk identitas yang menjamin keakuratan, contitutional law, dan prosedur. Karakter birokrasinya yang memiliki identitas merupakan perwujudan profesionalisme tanpa harus menjadi pembantu para pimpinan dan anggota DPR atau DPD. “Agar mereka mempunyai inovasi dan inisiatif,” jelasnya.
Irman menekankan kemandirian setjen parlemen. Setiap Sesjen MPR, DPR, dan DPD dibawahi seorang Sesjen Parlemen yang bidang tugasnya korenwasdal (koordinasi-perencanaan-pengawasan-pengendalian). Masing-masing tingkat Sesjen MPR, DPR, dan DPD tidak diturunkan menjadi deputi tetapi dipertahankan seperti sekarang yang dijabat eselon tingkat I.
Setjen MPR, Setjen DPR, dan Setjen DPD ditambah Badan Pengelola Sarana dan Prasarana harus dikelola office of parliament bernama Setjen Parlemen yang diidentikkan atau disejajarkan dengan Sekretariat Kabinet. Setiap setjen mengelola unit-unit persidangan, keahlian, dan administrasi keanggotaan sementara badan mengelola unit-unit pelayanan sidang, unit pendukung perpustakaan, gymnasium, health center, dan menza.
Irman mengakui, selama ini hal-hal teknis sering mengganggu kinerja pimpinan dan anggota DPD yang mengadakan rapat atau sidang dalam ruang yang dimiliki Setjen MPR dan Setjen DPR. “Saya berkantor di Gedung Nusantara III yang dimiliki DPR. Kalau pukul 17.00 WIB pimpinan DPR sudah pulang, maka listriknya, termasuk di kantor saya, dimatikan. Kalau rapat pun harus membuat surat peminjaman ruang.” Karenanya, dibutuhkan Sesjen Parlemen yang membawahi Sesjen MPR, Sesjen DPR, dan Sesjen DPD. (Gahar).
Minggu, 16 November 2008
42 AHLI DUNIA NILAI LUMPUR SIDOARDJO AKIBAT KESALAHAN PENGEBORAN
Jakarta - AAPG 2008 International Conference & Exhibition dilaksanakan di Cape Town International Conference Center, Afrika Selatan, tanggal 26-29 Oktober 2008, merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh American Association of Petroleum Geologists (AAPG) dihadiri oleh ahli geologi seluruh dunia.
Pada acara ini disampaikan sekitar 600 makalah dalam 97 tema yang berbeda, dan terdapat 6 buah tema khusus yang sangat dianggap penting yaitu “Lusi Mud Volcano: Earthquake or Drilling Trigger”. Tema ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 28 oktober 2008 jam 13.30 waktu setempat.
Pada ruangan tersebut hadir ahli geologi manca negara yang sebagian mereka adalah juga pernah menghadiri pertemuan di London seminggu yang lalu dengan tema yang sama, pertemuan yang sudah berlalu itu menghasilkan suatu pertanyaan besar dan mengerucut pada data pemboran yang harus dikaji dan diperjelas.
Peserta diskusi sekitar 90 ahli tersebut yang tentunya akan memberikan opini yang netral dan obyektif datang tepat waktu dan penuh dengan antusiasme yang tinggi, dan disambut dengan selembar informasi perkembangan terakhir yang dikeluarkan Lapindo. Dimana sebelumnya Lapindo juga telah membagi-bagikan Brosur 6 halaman berwarna dengan kualitas lux yang menjelaskan tentang seluruh kegiatan yang telah dilakukan di lapangan kepada peserta konferensi.
Selama pertemuan, terdapat 4 (empat) pembicara yaitu Dr.Adriano Mazzini dari Unversitas Oslo seorang ahli Mud Vulcano yang selama ini sangat yakin dengan teori bahwa lumpur lapindo disebabkan oleh gempa Yogyakarta.
Nurrochmat Sawolo sebagai ahli pemboran dari lapindo yang mengetahui seluk beluk pemboran di sumur BJP-1 sejak persiapan, pelaksanaan sampai semburan terjadi di Sidoardjo, yang dibantu Bambang Istadi.
Seorang pembicara dari Universitas Curtin Australia yaitu Dr. Mark Tingay ahli gempa yang berpendapat bahwa energi gempa Yogyakarta terlalu kecil sebagai penyebab terjadinya semburan di Sidoardjo.
Prof. Richard Davies dari Universitas Durham Inggris ahli geologi yang bekerjasama dengan ahli pemboran Indonesia yang diwakili oleh Susila Lusiaga dan Rudi Rubiandini dari Institut Teknologi Bandung yang menyampaikan secara detail dan jelas data-data dan bukti selama proses kejadian dilihat dari sisi operasi pemboran.
Sejumlah tidak kurang dari 20 penanya menghangatkan dan mempertajam materi diskusi yang mengarah pada penyebab yang sebenarnya, kemudian dilanjutkan dengan sesi perdebatan yang melibatkan seluruh opini yang berkembang dan dimoderatori oleh ahli geologi senior dari Australia .
Acara diskusi berjalan sekitar 2,5 jam tersebut diakhiri dengan voting (pengambilan pendapat) oleh seluruh peserta yang hadir untuk memperoleh kepastian pendapat para ahli dunia tersebut dengan menggunakan metoda langsung angkat tangan.
Hasil dari voting tersebut menghasilkan 3 (tiga) suara yang mendukung GEMPA YOGYA sebagai penyebab, 42 (empat puluh dua) suara menyatakan PEMBORAN sebagai penyebab, 13 (tiga belas) suara menyatakan KOMBINASI Gempa dan Pemboran sebagai penyebab, dan 16 (enam belas suara) menyatakan belum bisa mengambil opini.
Dengan kesimpulan ahli dunia seperti ini, tidak perlu diragukan dan didiskusikan lagi bahwa penyebab semburan lumpur di Sidoardjo adalah akibat kegiatan Pemboran. (Gahar/Sumber :GMLL (Gerakan Menutup Lumpur Lapindo)).
Pada acara ini disampaikan sekitar 600 makalah dalam 97 tema yang berbeda, dan terdapat 6 buah tema khusus yang sangat dianggap penting yaitu “Lusi Mud Volcano: Earthquake or Drilling Trigger”. Tema ini dilaksanakan pada hari selasa tanggal 28 oktober 2008 jam 13.30 waktu setempat.
Pada ruangan tersebut hadir ahli geologi manca negara yang sebagian mereka adalah juga pernah menghadiri pertemuan di London seminggu yang lalu dengan tema yang sama, pertemuan yang sudah berlalu itu menghasilkan suatu pertanyaan besar dan mengerucut pada data pemboran yang harus dikaji dan diperjelas.
Peserta diskusi sekitar 90 ahli tersebut yang tentunya akan memberikan opini yang netral dan obyektif datang tepat waktu dan penuh dengan antusiasme yang tinggi, dan disambut dengan selembar informasi perkembangan terakhir yang dikeluarkan Lapindo. Dimana sebelumnya Lapindo juga telah membagi-bagikan Brosur 6 halaman berwarna dengan kualitas lux yang menjelaskan tentang seluruh kegiatan yang telah dilakukan di lapangan kepada peserta konferensi.
Selama pertemuan, terdapat 4 (empat) pembicara yaitu Dr.Adriano Mazzini dari Unversitas Oslo seorang ahli Mud Vulcano yang selama ini sangat yakin dengan teori bahwa lumpur lapindo disebabkan oleh gempa Yogyakarta.
Nurrochmat Sawolo sebagai ahli pemboran dari lapindo yang mengetahui seluk beluk pemboran di sumur BJP-1 sejak persiapan, pelaksanaan sampai semburan terjadi di Sidoardjo, yang dibantu Bambang Istadi.
Seorang pembicara dari Universitas Curtin Australia yaitu Dr. Mark Tingay ahli gempa yang berpendapat bahwa energi gempa Yogyakarta terlalu kecil sebagai penyebab terjadinya semburan di Sidoardjo.
Prof. Richard Davies dari Universitas Durham Inggris ahli geologi yang bekerjasama dengan ahli pemboran Indonesia yang diwakili oleh Susila Lusiaga dan Rudi Rubiandini dari Institut Teknologi Bandung yang menyampaikan secara detail dan jelas data-data dan bukti selama proses kejadian dilihat dari sisi operasi pemboran.
Sejumlah tidak kurang dari 20 penanya menghangatkan dan mempertajam materi diskusi yang mengarah pada penyebab yang sebenarnya, kemudian dilanjutkan dengan sesi perdebatan yang melibatkan seluruh opini yang berkembang dan dimoderatori oleh ahli geologi senior dari Australia .
Acara diskusi berjalan sekitar 2,5 jam tersebut diakhiri dengan voting (pengambilan pendapat) oleh seluruh peserta yang hadir untuk memperoleh kepastian pendapat para ahli dunia tersebut dengan menggunakan metoda langsung angkat tangan.
Hasil dari voting tersebut menghasilkan 3 (tiga) suara yang mendukung GEMPA YOGYA sebagai penyebab, 42 (empat puluh dua) suara menyatakan PEMBORAN sebagai penyebab, 13 (tiga belas) suara menyatakan KOMBINASI Gempa dan Pemboran sebagai penyebab, dan 16 (enam belas suara) menyatakan belum bisa mengambil opini.
Dengan kesimpulan ahli dunia seperti ini, tidak perlu diragukan dan didiskusikan lagi bahwa penyebab semburan lumpur di Sidoardjo adalah akibat kegiatan Pemboran. (Gahar/Sumber :GMLL (Gerakan Menutup Lumpur Lapindo)).
Langganan:
Postingan (Atom)